Wednesday, October 15, 2008

cincin emas dan kearifan

Ini cerita aku dapat dari e-mail seorang teman :

Suatu pagi Zhi Zhou mendatangi Zun-Nun dan bertanya, "Guru,
saya tak mengerti mengapa guru berpakaian apa adanya, amat
sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian
sebaik-baiknya amatlah penting, bukan hanya untuk
penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain."

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari
salah satu jarinya, lalu berkata, "Zhi Zhou, akan
kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal
untukku. Ambillah cincin
ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu
menjualnya seharga satu keping emas?"
Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu,
"Satu keeping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa
dijual seharga itu."

"Cobalah dulu anak muda, Siapa tahu kamu berhasil."
Zhi Zhou pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu
kepada pedagang sayur, penjual daging dan ikan.
Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping
emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja,
Zhi Zhou tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak.

Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang
pun berani menawar lebih dari satu keping perak." Zun-Nun,
sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu
ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada
pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka
harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali
kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia
kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak
tahu nilai
sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan
harga sepuluh keping emas.

Rupanya nilai cincin ini sepuluh kali lebih tinggi daripada yang
ditawar oleh para pedagang di pasar."
Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban
atas pertanyaanmu tadi. Seseorang tak bisa dinilai
dari pakaiannya.. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging
di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".

"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa
dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat
hingga ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya,
dan itu butuh proses. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur
kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas.

Life is a Process
Process Must Be Measurable
Anything that can be Measured can be
Improved upon
..................

Apa yang tampak di luar belum tentu sama dengan yang ada di dalam.
Yang terpenting, apa yang ada di dalam hati, yang hanya kita sendiri yang tahu...

No comments: